Bagong adalah anak ketiga Ki Lurah Semar. Secara
filosofi Bagong adalah bayangan Semar. Sewaktu Semar mendapatkan tugas mulia
dari Hyang Manon, untuk mengasuh para kesatria yang baik, Semar memohon
didampingi seorang teman. Permohonan Semar dikabulkan Hyang Maha Tunggal, dan
ternyata seorang teman tersebut diambil dari bayangan Semar sendiri. Setelah
bayangan Semar menjadi manusia berkulit hitam seperti rupa bayangan Semar, maka
diberi nama Bagong. Sebagaimana Semar, bayangan Semar tersebut sebagai manusia berwatak
lugu dan teramat sederhana, namun memiliki ketabahan hati yang luar biasa. Ia
tahan menanggung malu, dirundung sedih, dan tidak mudah kaget serta heran jika
menghadapi situasi yang genting maupun menyenangkan. Penampilan dan lagak Lurah
Bagong seperti orang dungu. Meskipun demikian Bagong adalah sosok yang tangguh,
selalu beruntung dan disayang tuan-tuannya. Maka Bagong termasuk punakawan yang
dihormati, dipercaya dan mendapat tempat di hati para kesatria. Istilahnya
bagong diposisikan sebagai bala tengen, atau pasukan kanan, yakni berada dalam
jalur kebenaran
Makna Dibalik Simbol Bagong
Dalam pagelaran wayang kulit,
kelompok punakawan Semar, Gareng, Petruk, Bagong selalu mendapatkan tempat di
hati para pemirsa. Punakawan tampil pada puncak acara yang ditunggu-tunggu
pemirsa yakni goro-goro, yang menampilkan berbagai adegan dagelan, anekdot,
satire, penuh tawa yang berguna sebagai sarana kritik membangun sambil
bercengkerama (guyon parikena). Punakawan menyampaikan kritik, saran, nasehat,
maupun menghibur para kesatria yang menjadi asuhan sekaligus majikannya.
Suara punakawan adalah suara rakyat jelata
sebagai amanat penderitaan rakyat, sekaligus sebagai “suara” Tuhan menyampaikan
kebenaran, pandangan dan prinsip hidup yang polos, lugu namun terkadang
menampilkan falsafah yang tampak sepele namun memiliki esensi yang sangat
luhur. Itulah sepak “terjang punakawan” bala tengen yang suara hatinuraninya
selalu didengar dan dipatuhi oleh para kesatria asuhan sekaligus majikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar